Saat Cinta Berlabuh di Bank Syariah

(Kisah nyata perjalanan penulis bergabung dengan bank syariah)

Oleh : Alihozi

Pada bulan Juni 2001,saya mendapat panggilan untuk mengikuti test
kerja di salah satu bank syariah ternama di daerah Jakarta, waktu itu
saya masih bekerja di perusahaan retail besar milik etnis tionghoa
yaitu Indomaret sebagai senior staff accounting & tax. Saya
mempersiapkan sebaik mungkin untuk mengikuti test di bank syariah tsb,
dengan membaca buku – buku yang membahas bank syariah dan buku pertama
mengenai bank syariah yang saya baca berjudul “Pengantar Ekonomi
Islam” karya Ibrahim Lubis.

Sebelum membaca buku tsb saya termasuk orang yang masih meyakini bahwa
bunga bank adalah bukan riba yang diharamkan Allah, SWT karena waktu
itu saya sudah membaca tulisan – tulisan karya sebagian Ulama yang
tidak mengharamkan bunga bank. Setelah membaca buku karya Ibrahim
Lubis tsb, fikiran dan hati saya menjadi sadar , dengan argumentasi
yang meyakinkan Pak Ibrahim Lubis menjelaskan bahaya bunga bank bagi
ummat manusia. Beliau mengatakan “Bahwa orang yang menghalalkan bunga
bank dengan dalih bunga bank untuk membayar biaya operasional bank
seperti untuk membayar gaji karyawan , biaya sewa kantor adalah tidak
tepat karena bunga bank bisa menimbulkan masalah besar bagi ummat
apabila situasi ekonomi tidak stabil misalnya bencana alam, kebakaran
atau krisis ekonomi.

Adalah tidak adil apabila orang yang sedang mengalami musibah karena
bencana alam atau karena hal lainnya harus terus menerus membayar
bunga keterlambatan pembayaran (compund interest ) kepada bank tempat
ia meminjam”

Pada hari yang ditentukan kira – kira sekitar bulan Juni 2001, saya
mengikuti test perbankan syariah ,setelah saya dinyatakan lulus test
tertulis mengenai perbankan syariah , saya mengikuti test wawancara
pada sore hari sekitar awal bulan febuari 2002 dengan pimpinan bank
syariah cabang fatmawati yang waktu itu dipegang oleh Ibu Hanifah
Hussein. Ada hal yang berkesan pada saat itu yang selalu saya ingat
sampai sekarang, pada saat saya menunggu dipanggil wawancara oleh Ibu
Hanifah Hussein, saya dibelikan makan malam oleh bank syariah. Selama
ini saya sudah sering mengikuti berbagai test wawancara di perusahaan
– perusahaan, baru saat itu saya dibelikan makan malam oleh bank
syariah, memang kalau dilihat harganya tidak mahal tetapi perhatiannya
itu yang sangat membuat saya berkesan karena waktu itu saya memang
lapar setelah kesasar waktu mencari alamat bank syariah tsb di jalan
RS Fatmawati.

Berikut ini wawancara saya dengan Ibu Hanifah Husein yang masih saya
ingat :

” Saudara Ali , sebelum ini kamu bekerja di mana ” kata bu hanifah
memulai wawancaranya.

“Saya bekerja di Indomaret”

“Kamu disana sudah di gaji berapa ?” ucap bu hanifah sambil
memperhatikan saya

” Rp.1.100.000. -” jawab saya

” Sudah lumayan besar ya, tetapi sayang kamu bekerja dengan orang cina
kalau kamu bekerja di sini kami hanya bisa menggaji kamu Rp.590.000,-
tetapi kamu disini bisa ikut berjuang menegakkan ekonomi syariah di
Indonesia”

Setelah selesai wawancara , sepanjang perjalanan pulang saya menjadi
bimbang karena gaji yang diberikan di bank syariah sangat kecil
padahal istri saya sedang hamil anak yang kedua. Hal ini saya
bicarakan dengan keluarga di rumah, atas saran istri dan mertua saya
akhirnya saya memutuskan untuk pindah kerja dari Indomaret ke Bank
Syariah pada tanggal 7 Febuari 2002. Bagian personalia bank syariah
seperti tidak percaya kalau saya memutuskan pindah dari Indomaret ke
bank syariah alasannya karena gaji yang diberikan bank syariah lebih
kecil daripada gaji di Indomaret. Saya bilang kepada bagian personalia
untuk meyakinkannya kalau Allah, SWT memberikan rezeki itu tidak hanya
dari gaji bekerja di perusahaan.

Memang tahun – tahun awal saya bekerja di bank syariah agak berat
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. Tetapi sekarang tahun
2008, setelah saya menjalani pekerjaan di bank syariah selama 6 tahun
seiring dengan pertumbuhan bank syariah tempat saya bekerja semakin
pesat saya merasakan keberkahan hidup dan kesejahteraan hidup saya dan
keluarga saya meningkat, bisa memiliki rumah yang diberikan bank
syariah dan kendaraan motor yang diberikan koperasi karyawan tempat
saya bekerja. Walaupun saya masih membayar dengan mencicil ke bank
syariah yang terpenting adalah saya dan keluarga saya sudah tidak lagi
tinggal di rumah kontrakkan yang sering bocor waktu musim hujan dan
banyak binatang kelabangnya

Sebenarnya ada yang paling berharga daripada gaji , rumah dan motor
itu semua yakni kepuasan batin yang tidak bisa diukur dari besarnya
gaji ataupun materi lainnya karena di bank syariah saya lebih leluasa
menjalankan ibadah agama islam di kantor, suasana kekeluargaan yang
sangat erat antara sesama teman di kantor., bisa menimba ilmu
perbankan syariah dan bisa membantu mensosialisasikan perbankan
syariah di tanah air. Hal – hal inilah yang menyebabkan rasa cinta
saya bekerja berlabuh di bank syariah, yang mana rasa cinta itu tidak
ada ketika saya bekerja di Indomaret selama 6 tahun juga,dari tahun
1996-2002.

Saya memanjatkan puji syukur kepada Allah, SWT atas segala nikmat yang
telah diberikan kepada saya dan keluarga selama saya bekerja di bank
syariah dan memohon kepada Allah, SWT agar selalu bisa mensyukuri
nikmat – nikmat-Nya. Amiin

Sumber, http://alihozi77. blogspot. com

Satu pemikiran pada “Saat Cinta Berlabuh di Bank Syariah

  1. bekaca kaca pas baca tulisannya mas.. aku jadi semakin yakin untuk kerja di bank syariah, semoga Allah memudahkan aku untuk kerja di bank ya. terima kasih mas infonya.

Tinggalkan komentar